Jumat, 30 Desember 2011

BELAJAR FOTOGRAFI BAGI PEMULA



by : nongklek aza
surabaya, 30 Desember 2011

Potret memotret adalah hobby ku. Aku paling demen kalo di ajak hunting buat photo. Meskipun aku masih pemula dan masih taraf pembelajaran, tapi aku puas juga liat photo hasil pemotretan ku. Tentunya kalian semua juga ada yang punya hobby kayak aku khan? yup....pasti adalah....Meski pemula, sobat-sobat semua jangan takut untuk berkreasi, yang penting jujur aja. Nah, di bawah ini ada artikel yang aku copas dari seorang potografer (meski belum kenal dan belum izin copas hehehee.....maafin aku bang, melalui posting ini, aku izin hehehehee....) buat pembelajaranku dan sobat semua.Sebelumnya aku ucapin thanx buat INFO FOTOGRAFI ( http://www.facebook.com/pages/Info-Fotografi/189120560249 )

Mo tau tentang detail nya, cekitbrooootttt.....

Belajar digital fotografi adalah sesuatu yang kompleks. Maka dari itu banyak orang mungkin kebingungan bagaimana cara belajarnya.. harus memulai darimana? nah post ini berupaya untuk memberikan langkah-langkah praktis dalam belajar fotografi.

Pertama-tama kita memerlukan kamera. Berdasarkan ukuran sensor, kamera terbagi dua, kamera saku dan kamera DSLR. Lalu apa bedanya kamera saku dan kamera DSLR? Saya cuma mampu membeli kamera saku, apakah saya tidak bisa belajar fotografi dengan kamera saku? Jangan takut, meski murah, kamera saku memiliki kelebihan tersendiri dan jangan jadikan halangan untuk belajar fotografi.

Kedua kita perlu belajar tentang eksposur cahaya. Inti dari fotografi adalah eksposur, atau total cahaya yang masuk ke dalam sensor peka cahaya. Karena cahaya tersebutlah, foto itu terbentuk. Peran kita sebagai fotografer adalah mengendalikan jumlah cahaya yang masuk dengan mengubah besarnya bukaan lensa, kecepatan rana dan ISO. Tiga elemen ini saya sebut sebagai segitiga emas fotografi.

Ketiga, kita tentu harus mempelajari kamera kita, terutama mode-modenya, pengukuran cahaya (metering) dan auto fokus.

Keempat, kita perlu tahu apa itu kedalaman fokus (depth of field) dan apa faktor-faktornya.

Kelima, kita harus tau bagaimana mengambil gambar yang tajam dan tidak kabur.

Keenam, kita harus mempelajari komposisi foto yang baik dan menarik.

Ketujuh, kita harus mempelajari karakter cahaya terutama arah dan intensitas cahaya.

Kedelapan, kita harus belajar antisipasi dan mengambil foto pada waktu yang tepat.

Kesembilan, kita harus belajar bercerita lewat foto, entah dengan satu foto atau satu seri foto.

Kesepuluh, kita harus belajar mengolah foto dengan efek digital. Olah foto di era digital mudah dipelajari dan membuka bab baru dalam fotografi digital.



sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/12/langkah-langkah-belajar-fotografi-dari-nol/





Perbedaan Kamera digital kompak atau kamera Digital SLR

Sering banyak orang menanyakan ke saya, kamera apa yang cocok atau bagus buat dia? Topik ini dikhususkan untuk menjawab pertanyaan ini. Jenis kamera yang akan saya bahas adalah kamera digital.

Saya akan membahas kelebihan dan kekurangan dua jenis kamera populer, pertama adalah kamera kompak / compact sering disebut juga kamera digital dan kamera digital SLR. (Ada pula kamera jenis lain seperti superzoom, micro 4/3 akan saya singgung secara sekilas).

Ada dua perbedaan utama kamera digital saku dan kamera digital SLR. Perbedaan itu adalah besarnya sensor, dan kemampuan kamera untuk mengubah lensa (interchangeable lens).

Perbedaan Ukuran Sensor
Perbedaan sensor mengakibatkan kualitas gambar DSLR lebih baik terutama dalam merekam warna, dan lebih detil dan lebih bebas “noise” atau bintik2 pada foto di setting ISO tinggi. Oleh sebab itu, kamera DSLR lebih baik dalam merekam foto di kondisi lingkungan yang gelap. Meskipun demikian kemampuan kamera DSLR untuk mengambil gambar yang baik di situasi yang gelap juga tergantung dari bukaan lensa.

Perbedaan sensor juga mengakibatkan kamera digital SLR lebih baik dalam mengatur “depth of field” sehingga lebih mudah membuat latar belakang/depan menjadi kabur (blur atau out of focus). Sensor kecil dalam kamera digital membuat efek ini sulit dicapai.

Kemampuan untuk mengganti lensa
Perbedaan kamera untuk mengganti lensa sangat penting terutama untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan keinginan fotografer. Banyak lensa dalam dunia digital SLR yang memiliki karakteristik yang berbeda. Contohnya lensa makro untuk foto benda-benda kecil, lensa fish-eye atau ultra wide untuk menggambil gambar super lebar, lensa telephoto untuk mengambil gambar dari jarak jauh. Dengan mengunakan lensa khusus, maka hasil gambar kamera digital SLR lebih baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Adapula perbedaan lain yang cukup ketara adalah kualitas dan besarnya badan (bodi) kamera. Kamera dSLR cenderung berukuran jauh lebih besar dari kamera kompak. Hal ini disebabkan karena kamera DSLR memiliki sensor yang lebih besar, memiliki cermin/prisma dan viewfinder sehingga fotografer bisa melihat dan mengkomposisikan gambar secara langsung dari lensa. Selain itu kamera DSLR juga memiliki baterai dalam ukuran yang lebih besar.

Selain itu kamera DSLR secara umum juga memiliki tingkat responsif yang tinggi dalam arti tidak ada jeda saat Anda menekan pemantik potret (shutter) dengan pengambilan gambar. Pengambilan gambar dengan kecepatan tinggi berturut-turut juga lebih baik dengan kamera digital SLR. Rata-rata kamera digital SLR pemula dapat mengambil gambar 3 foto per detik. Dan kamera digital SLR tingkat mahir dapat mengambil gambar antara 5 sampai 10 gambar per detik.

Poin terakhir adalah semua kamera digital SLR memiliki kemampuan untuk mengontrol kamera secara manual. Belakangan ini, kemampuan ini tidak ekslusif karena hadirnya beberapa kamera digital tingkat mahir yang juga memiliki kemampuan ini.

Keunggulan kamera digital kompak
Meskipun kamera DSLR memiliki banyak keunggulan terutama dalam menghasilkan foto yang lebih baik, kamera kompak memiliki keunggulan sendiri. Keunggulan utama kamera kompak atau sering disebut juga kamera saku adalah ukurannya yang kecil dan juga lebih murah. Kamera kompak biasanya juga memiliki built-in mode makro.

Kamera lainnya
Kamera superzoom adalah kamera yang memiliki jangkauan zoom yang sangat lebar, sehingga Anda dapat mengambil gambar lebar maupun jauh/telephoto. Selain itu kamera superzoom biasanya lebih responsive daripada kamera kompak.

Kamera micro 4/3 (Four-Thirds) adalah kamera inovasi baru. Kamera ini memiliki sifat seperti DSLR seperti memiliki sensor ukuran besar (4-5 kali lebih besar dari kamera kompak) dan kemampuan mengganti lensa, tapi ukurannya lebih kecil dari kamera DSLR tapi tidak sekecil kamera kompak secara umum. Ukuran ini bisa dicapai karena kamera micro 4/3 tidak memiliki cermin/prisma di dalam badan kamera. Akibatnya, pengguna kamera ini akan melihat viewfinder elektronik bukan secara langsung melalui lensa.

Kesimpulan
Lalu kamera jenis apa yang paling cocok untuk Anda? Tentunya dengan pemahaman Anda setelah membaca karakteristik jenis kamera digital yang ada, Anda dapat menentukan kamera yang paling pas untuk Anda. Hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah anggaran Anda, ukuran dan tentunya kualitas gambar yang diinginkan.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/07/kamera-digital-kompak-atau-kamera-digital-slr/



Segitiga emas fotografi



Kunci dari mendapatkan foto yang ideal tergantung dari segitiga emas fotografi. Segitiga emas fotografi adalah bukaan (aperture), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO. Kombinasi dari ketiganya menentukan gelap terangnya sebuah foto.
BUKAAN / APERTURE

Aperture adalah bukaan lensa kamera dimana cahaya masuk. Bila bukaan besar, akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan dengan bukaan kecil. Selain merupakan salah satu cara mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field / dof).

Dalam prakteknya, jika Anda berada di lingkungan dimana cahaya sangat terang, maka kita bisa menutup bukaan sehingga lebih sedikit cahaya masuk ke dalam. Jika kondisi lingkungan gelap, maka kita bisa membuka bukaan lensa sehingga hasil akhir menjadi optimal.
Bukaan juga bisa digunakan untuk mengendalikan kedalaman ruang. Bukaan besar membuat kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat kedalaman bidang menjadi besar, akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.

Hal yang unik dan sering membingungkan pemula adalah nomor dalam setting bukaan adalah terbalik dengan besarnya bukaan. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh: f/1, f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya
Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-5.6 berarti makimum bukaan bervariasi antara f/3.5 sampai f/ 5.6.
SHUTTER SPEED

Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Satuan shutter speed adalah dalam detik atau pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai to 30 detik. Variasi shutter speed ini diatur dari badan kamera bukan dari lensa.

Selain mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk, shutter speed mempengaruhi foto dalam dua hal:

1. Kecepatan rana yang cepat membekukan (freeze) objek yang bergerak.
2. Kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.

Dalam praktek, kita mengunakan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak, seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya, kita mengunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak, seperti dalam merekam pergerakan air terjun.
ISO

ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya.

ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.

Di era kamera analog, ISO dikenal juga dengan ASA. Di jaman analog, ASA tergantung dari film yang kita pasang di dalam kamera. Namun di jaman sekarang, ISO bisa diubah sewaktu kita menghendakinya melalui kamera.

Dengan bermain dengan tiga setting dasar kamera, Anda akan bisa membuat foto Anda menjadi gelap, terang atau sedang. Gelap terangnya hasil akhir dalam foto tentunya tergantung selera Anda.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/07/segitiga-emas-fotografi/



Mode dalam kamera digital SLR


AUTO = Mode otomatis
Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan lampu kilat untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.

Mode automatis praktis digunakan kapan saja, tapi mengunakan mode ini berarti Anda tidak bisa mengendalikan setting kamera untuk fotografi yang kreatif.

P = Program Mode
Seperti mode otomatis, kamera akan menentukan setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Bedanya dengan mode auto adalah, Anda bisa mengubah nilai bukaan atau shutter speed setelah itu, dan kamera akan mengkompensasikan secara otomatis perubahaan setting yang Anda lakukan. Di mode ini, kamera tidak akan mennyalakan lampu kilat meskipun kondisi lingkungan cukup gelap.

A / Av = Aperture priority
Di mode ini, kita menentukan besarnya bukaan lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan) dan ISO yang sesuai.

Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya suka menentukan kedalaman ruang (depth of field). Contoh, bila saya sedang memotret foto potret, dan saya ingin latar belakangnya kabur, maka saya akan mengunakan bukaan besar seperti f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto grup atau pemandangan, dan saya ingin semua yang berada dalam foto tajam (berada dalam fokus), maka saya set bukaan kecil f/8 atau f/16. Dengan mengendalikan bukaan saya tidak perlu repot repot menentukan shutter speed atau ISO.

Bukaan juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan (mengecilkan angka bukaan), supaya lebih banyak cahaya masuk.

Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah bila cahaya lingkungan gelap, kamera terpaksa mengeset shutter speed yang rendah/lama. Hal ini dapat menimbulkan gambar yang kabur karena kamera goyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO.

S /TV = Shutter priority
Di mode ini, kita menentukan berapa cepat shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan, dan ISO (bila Auto ISO aktif). Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak).

Kalau kita set shutter speed tinggi seperti 1/640 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

M = Manual Exposure
Di mode ini, kita menentukan setting bukaan, shutter speed dan ISO (bila Auto ISO tidak aktif)

Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto agak gelap (low key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek.

Saya juga sering memakai manual mode ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap.

Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan konstan. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai. Hasil foto akan konsisten pencahayaannya dan saya dapat memakai mode ini sepanjang pertandingan. mudah bukan?

Tentunya, selera dan gaya pemakaian tiap orang berbeda-beda, yang penting jangan takut coba-coba dan latihan sehingga Anda bisa memahami dan bisa mengunakan mode-mode kamera DSLR ini secara maksimal.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/07/mode-dalam-kamera-digital-slr/



Tips memilih mode metering yang tepat

Banyak dari kita yang masih belum mantap dalam memilih mode metering yang digunakannya saat memotret. Padahal mode metering adalah fitur standar kamera digital, bahkan hingga kamera ponsel modern pun kini sudah menyediakan fitur ini. Kali ini saya coba membuat tulisan soal tips memilih mode metering yang tepat, dengan harapan kita bisa mendapat foto dengan eksposure yang baik di setiap kondisi pencahayaan.

Fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana kendali akan cahaya ditentukan dari tiga komponen eksposure yaitu shutter, aperture dan ISO. Dalam menentukan nilai eksposure ini, kamera mengukur intensitas cahaya yang masuk melalui lensa dan proses ini dinamakan dengan istilah metering. Pada prinsipnya kamera akan berupaya menjaga eksposure yang pas dimana foto yang dihasilkan memiliki area gelap (shadow), area tengah/grey (midtone) dan area terang (highlight) yang berimbang. Tidak seperti mata manusia, sensor pada kamera digital (atau film pada kamera analog) punya rentang sensitivitas terhadap cahaya yang tidak terlalu lebar sehingga ada saja kasus dimana kamera gagal mereproduksi kondisi aktual di lapangan dalam sebuah foto. Contoh yang paling mudah ditemui adalah terjadinya highlight clipping atau area terang yang detailnya sudah hilang dan ini sering dijumpai pada foto dengan kontras tinggi. Sebaliknya, sebuah foto bisa dikatakan tidak tepat eksposurenya bila banyak area shadow yang terlalu gelap sehingga bisa dibilang under-eksposure.

metering_1

Pilihan mode metering disediakan untuk mengakomodir berbagai kondisi pemotretan yang pasti punya banyak variasi pencahayaan, mulai dari siang terik, kontras tinggi hingga tempat yang kurang cahaya. Pilihan mode yang umum dijumpai pada kebanyakan kamera digital yaitu :

* multi segment/evaluative/matrix : mengukur cahaya pada keseluruhan bidang foto
* center weight : mengukur cahaya dengan prioritas utama pada area tengah foto
* spot : hanya mengukur cahaya di titik kecil tertentu dan mengabaikan cahaya di area lainnya

Kita kupas satu per satu ya….

matrix

Pada mode metering yang pertama, yaitu multi segment/evaluative/matrix metering, kamera menentukan eksposure berdasarkan perata-rataan pengukuran cahaya di seluruh bidang foto. Caranya, sensor pada modul light meter dibagi ke dalam beberapa area kecil lantas kamera mengukur intensitas cahaya di tiap-tiap area tadi. Selanjutnya kamera akan mengkalkulasi rata-rata dari intensitas cahaya dan menentukan eksposure yang sesuai. Inilah mode yang dianggap paling memberikan eksposure yang paling tepat dan punya akurasi yang tinggi.

Pada mode ini, semakin banyak area yang menjadi referensi pengukuran maka akan semakin presisi hasil perhitungannya, dan semakin kecil resiko metering kamera meleset. Mode ini jadi mode ‘default’ untuk kebanyakan situasi pemotretan dan bisa diandalkan untuk dipakai sehari-hari. Masalahnya, ada situasi dimana mode ini bisa tertipu, seperti saat ada cahaya yang lebih terang diluar objek foto dan bisa mengacaukan kalkulasi kamera.

center weight

Di mode kedua, yaitu center weight, kamera masih mengandalkan pengukuran dari banyak area sensor namun lebih memprioritaskan pengukuran pada bidang tengah foto dan cenderung mengabaikan intensitas cahaya di luar area tengah itu. Dengan memakai mode metering ini, area tengah yang umumnya jadi subjek foto, bisa mendapat eksposure yang lebih tepat. Mode ini cocok untuk potret wajah atau kebutuhan lain yang memang mementingkan eksposure yang tepat pada bagian tengah foto. Namun untuk foto landscape, mode ini kurang cocok karena pada foto landscape tiap bagian pada foto punya arti yang sama pentingnya.

spot

Di mode ketiga yang bernama spot metering ini kamera hanya mengukur cahaya pada sebidang titik kecil (sekitar 5% dari bidang foto) dan akan mengabaikan 95% area selain titik tadi. Mode ini berguna untuk memotret di tempat yang pencahayaannya amat kompleks dimana bila tidak memakai mode spot maka tidak akan didapat eksposure yang sesuai. Pada kamera DSLR, spot meter bisa disinkronkan dengan titik AF yang ada sehingga kamera akan mengukur spot meter pada titik AF yang dipilih (tidak selalu harus ditengah).

Kasus yang umum membutuhkan kita untuk memakai spot meter adalah saat keseluruhan bidang foto lebih terang atau lebih gelap dari objek yang akan difoto. Namun bila salah memakai mode ini, foto yang dihasilkan bisa jadi terlalu terang atau gelap, maka itu perlu banyak berlatih.

Perlu diingat bahwa nilai eksposure tidak ada standar pasti. Kita hanya mengandalkan mata untuk menilai apakah foto yang dihasilkan sudah memiliki eksposure yang tepat (kadang foto yang agak gelap atau agak terang tidak berarti foto itu gagal). Bila menurut kita ternyata foto yang dihasilkan oleh kamera belum sesuai dengan keinginan, bisa dikompensasikan dengan kompensasi eksposure (Ev) ke arah negatif (lebih gelap) atau positif (lebih terang). Bisa juga bermain kuncian eksposure (exposure lock), bila kita ingin berkreasi lebih kreatif lagi..

Jadi, tips yang saya bisa sharing disini :

* mode evaluative/matrix cocok untuk dipakai sehari-hari, apalagi bila area yang difoto relatif rata pencahayaannya
* bila ingin mendapat akurasi eksposure yang baik di bagian tengah foto, gunakan center weight
* center weight juga cocok dipakai bila ada backlight di belakang objek foto
* gunakan spot meter bila kita gagal mendapat eksposure yang tepat pada objek foto memakai mode lainnya
* bila kamera anda tidak ada mode spot meter, alternatifnya gunakan partial metering (seperti EOS 1000D)
* bila eksposure yang diberikan kamera masih belum memuaskan, siasati dengan bermain Ev ke arah plus (terang) atau minus (gelap)
* banyak berlatih dengan berbagai mode metering dan amati perbedaannya


sumber : http://kamera-gue.web.id/2009/06/29/tips-memilih-mode-metering-yang-tepat/



Sepuluh hal yang perlu anda ketahui seputar Auto Fokus


Sistem Auto Fokus (AF) pada kamera yang ditemukan di tahun 1980-an merupakan penemuan penting dalam dunia fotografi dan berdampak besar dalam membawa kemudahan bagi para juru foto. Tanpa Auto Fokus, kita harus mengatur fokus lensa supaya objek yang ingin kita foto benar-benar fokus dan tampak tajam (biasa disebut dengan istilah manual fokus). Kini saat Auto Fokus bukanlah sesuatu hal yang terdengar istimewa (kecuali di kamera ponsel), apakah anda sudah benar-benar mengetahui tentang seluk beluk fitur yang amat penting ini? Simak artikel kami seputar Auto Fokus ini selengkapnya.

Auto Focus vs Manual Focus

AF, atau Auto Fokus adalah proses otomatis dalam kamera yang bertujuan untuk mencari fokus yang tepat. Lawannya adalah MF, atau Manual Fokus, yaitu pengaturan fokus secara manual yang dilakukan oleh fotografer. MF bisa dilakukan dengan memutar ring fokus (pada DSLR) atau dengan menekan tombol (pada kamera digital non DSLR). Proses manual ini umumnya dilakukan bila AF gagal memberikan hasil yang sesuai keinginan kita, atau bila AF tidak mungkin dilakukan karena hambatan teknis.

AF dengan menekan setengah tombol rana

Secara umum semua kamera akan mulai mencari fokus saat tombol rana ditekan setengah, bila fokus sudah terkunci kamera akan berbunyi ‘beep‘ dan objek yang terkunci oleh AF kamera tampak tajam. Karena itu hindari menekan tombol rana secara langsung tanpa menekan dulu setengah, karena kamera akan dipaksa memotret tanpa mencari fokus terlebih dahulu.

Seputar motor AF

Fokus tidaknya hasil foto diatur oleh elemen lensa fokus yang bisa bergerak maju mundur. Bila memakai mode AF, maka kamera secara otomatis akan memaju-mundurkan lensa AF ini dengan mengandalkan motor mikro. Maka itu saat kamera sedang mencari fokus, terdengar (dan terasa) ada gerakan halus di dalam kamera. Pada kamera DSLR, motor AF berada di dalam bodi kamera kecuali DSLR Nikon pemula seperti D40 yang tidak punya motor AF. Sebagai gantinya, diperlukan lensa yang sudah memiliki motor AF di dalamnya.

AE-L dan AF-L

aelSelain menekan tombol rana setengah, pada kamera kelas serius seperti kamera prosumer dan kamera DSLR, terdapat tombol AE-L / AF-L yang bisa dimanfaatkan untuk mengunci fokus. AE-L singkatan dari Auto Exposure - Lock, sementara AF-L singkatan dari Auto Focus - Lock. dalam setting yang lebih lanjut, tombol ini bisa dikustomisasi menjadi beberapa fungsi, misal sekaligus mengunci eksposur dan fokus, atau mengunci eksposur saja, mengunci fokus saja, dan mengunci fokus selama tombol ini ditekan (AF lock-hold). Pilihlah mana yang paling sesuai keinginan anda.

AF mode

Proses Auto Fokus awalnya hanya bisa mengunci fokus pada benda yang diam. Seiring majunya teknologi, kini AF bisa mendeteksi gerakan objek dan berusaha mengikuti kemana pun objek bergerak. Perhatikan kalau mode default AF mode umumnya berada di mode diam/stasioner, dan bila kita perlu mengikuti gerakan objek maka perlu memindah mode AF ke continuous. Saat ini kamera DSLR sudah bisa mengunci fokus pada objek yang bergerak kiri kanan ataupun maju mundur (3D tracking AF).

Titik AF

focusallareaUmumnya kamera mencari fokus pada bidang tengah foto, namun adakalanya objek yang ingin kita foto tidak berada di tengah. Untuk itu tersedia titik AF yang bisa dipilih sesuai keinginan. Pada kamera DSLR, jumlah titik AF ada yang mulai dari 3 titik hingga ada yang 51 titik. Semakin banyak titik AF maka proses auto fokus makin fleksibel dan makin kecil resiko fokusnya meleset. Kamera modern bisa mendeteksi apakah si objek berada pada lebih dari satu titik AF, sehingga bisa membuat grup AF sesuai kondisi objek.

Contrast Detect AF

Inilah metoda AF yang hadir di era fotografi digital, mulai dari kamera ponsel, kamera Micro Four Thirds hingga kamera DSLR dengan live-view. Contrast Detect menganut prinsip bahwa foto yang kontrasnya paling tinggi adalah foto yang punya fokus terbaik. Pada saat sensor kamera sudah mendapat gambar dari lensa, kamera akan mengukur kontras objek foto (yang biasa kita lihat pada histogram) lalu mengatur fokus dan membandingkan kontrasnya. Meski prinsipnya sederhana, namun kamera perlu kalkulasi rumit untuk metoda ini dan sebagai dampaknya, proses ini memakan waktu cukup lama (sekitar satu detik). Bila objek foto tidak punya kontras yang cukup, atau berada dalam cahaya yang kurang terang, proses AF ini akan gagal.

Phase Detect AF

Pada kamera SLR lawas hingga DSLR modern, phase detect AF menjadi keistimewaan tersendiri karena akurasi dan kecepatannya. Pada kamera DSLR, modul AF khusus menerima gambar dari lensa dan dengan prinsip deteksi fasa, proses auto fokus lantas dilakukan. Proses AF dengan phase detect sangat cepat, akurat dan bisa diandalkan meski objek foto agak gelap dan kontrasnya rendah. Perlu diketahui kalau kinerja proses AF dengan phase detect akan menurun bila kamera DSLR dipasangi lensa lambat seperti f/4 atau f/5.6.

Cross type sensor

Khusus modul AF pada kamera DLSR, tiap titik AF itu bisa berjenis cross type sensor alias sensor silang. Sensor seperti ini peka akan perbedaan kontras baik vertikal maupun horisontal. Titik AF di tengah sudah pasti berjenis cross type, sementara titik lainnya belum tentu. Semakin banyak titik AF berjenis cross type, makin mahal dan makin akurat kamera DSLR tersebut dalam mengunci fokus.

Hybrid AF

Kamera DSLR modern yang sudah memiliki fitur live-view mengusung dua prinsip AF, baik berkonsep phase detect dan juga contrast detect. Dalam kondisi normal untuk kecepatan dan akurasi, kamera DSLR tentu memakai modul phase detect sebagai mode default-nya. Namun saat memakai live-view dengan objek yang diam (seperti foto makro), kita bisa memakai mode contrast detect dengan memanfaatkan fasilitas perbesaran di layar LCD, sehingga kita bisa lebih yakin kalau fokus yang diambil sudah pas.


sumber : http://kamera-gue.web.id/2009/09/25/sepuluh-hal-yang-perlu-anda-ketahui-seputar-auto-fokus/



Faktor yang menyebabkan latar belakang foto menjadi blur / kabur


Apa saja faktor yang membuat latar belakang foto menjadi kabur?
1. Bukaan lensa (Aperture)

Dengan mengunakan bukaan lensa yang besar (f/2.8 atau lebih besar lagi seperti f/1.4), maka latar belakang menjadi lebih kabur.

Semakin besar bukaan, semakin kecil angkanya.
2. Rentang fokal lensa (Lens focal length)

Semakin besar rentang fokal lensa yang digunakan, maka latar belakang menjadi lebih kabur. Contoh: Latar belakang foto yang diambil dengan rentang fokal lensa 55mm lebih kabur daripada bila diambil dengan rentang fokal lensa 18mm.
3. Rasio jarak antara subjek foto dengan kamera dan jarak antara subjek dengan latar belakang.

Semakin dekat jarak kamera ke subjek foto dan semakin jauh jarak subjek foto dengan latar belakang, maka foto menjadi lebih kabur.

Contoh: Bila jarak kamera ke subjek foto 1 cm, dan jarak subjek foto ke latar belakang 20 m, maka bisa dipastikan latar belakang menjadi sangat kabur. Hal ini karena rasio/perbandingan jarak sangat besar.

Sebaliknya bila jarak kamera ke subjek foto 20m, dan jarak subjek foto ke latar belakang 1 cm, maka bisa dipastikan latar belakang menjadi sangat jelas / tajam.
4. Ukuran sensor dalam kamera Anda.

Ukuran sensor kamera bervariasi, semakin besar, semakin mudah membuat latar belakang menjadi blur. Kamera ponsel atau kamera saku memiliki ukuran sensor yang relatif kecil dibandingkan dengan kamera digital SLR. Di dalam kamera digital SLR, terbagi lagi beberapa jenis ukuran sensor.

Yang paling kecil sampai yang paling besar yaitu: Four thirds (rasio 4 banding 3), ada yang crop sensor 1.6 (Canon), 1.5 (Nikon, Pentax, Sony), ada juga yang full frame (Nikon, Sony) dan medium format (Phase One, Leica S2).

Kesimpulan

Lalu bagaimana membuat latar belakang foto atau yang diluar dari fokus menjadi sangat kabur? Sederhana saja

Pakai lensa dengan bukaan besar, gunakan rentang fokal yang besar (jauh), perhatikan rasio jarak subjek foto dan latar belakang, dan gunakan kamera dengan ukuran sensor yang besar.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/10/faktor-yang-menyebabkan-latar-belakang-foto-menjadi-blur-kabur/



Supaya foto tidak blur

Ada dua faktor utama yang membuat foto menjadi blur

Pertama adalah setting kecepatan rana Anda terlalu lambat dibandingkan dengan rentang lensa (focal length) lensa Anda. Pada umumnya, supaya foto Anda tidak blur akibat getaran tangan kita, rumusnya adalah 1 / rentang fokal lensa. Contoh, bila Anda mengambil foto dalam rentang fokal 100mm, maka Anda memerlukan kecepatan rana 1/100.

Rumus ini berlaku bila Anda mengunakan kamera full frame sensor. Untuk kamera Digital SLR yang ada dipasar, sebagian besar mengunakan sensor yang lebih kecil. Sensor ini bervariasi antara kamera yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya Canon mengunakan 1.6X, Nikon, Sony, Pentax mengunakan 1.5X dan Olympus mengunakan 2X. Dengan adanya variasi tersebut, maka perhitungannya menjadi sedikit lebih rumit.

Kembali ke contoh awal dimana Anda memutuskan mengunakan rentang fokal 100mm di kamera Canon Rebel yang mengunakan 1.6X jadinya minimal Anda harus mengunakan 1/160 untuk mencegah blur. (Didapatkan dari 100mm X 1.6).

Mengapa semakin besar rentang fokalnya, Anda harus mengunakan kecepatan rana yang lebih cepat? hal ini dikarenakan semakin besar rentang fokal, maka semakin sensitif sensor dalam menangkap getaran.

Faktor kedua adalah benda yang Anda foto bergerak cepat, sehingga kecepatan rana pun harus mengikuti cepatnya gerak subjek foto tersebut. Contohnya, untuk membekukan gerakan pemain basket orang orang berlari, minimal Anda memerlukan 1/500. Untuk penari dan penyanyi, biasanya 1/200 cukup, dan untuk foto manusia yang tidak bergerak 1/60 biasanya cukup baik.

Joe Decker dari blog foto Photocrati mengenalkan faktor baru yaitu ukuran piksel sensor mempengaruhi blur. Katanya, kamera yang berukuran sensor sama, tapi resolusi gambar tinggi, memerlukan kecepatan rana yang lebih cepat karena ukuran piksel yang kecil lebih sensitif dalam mendeteksi getaran. Kalau teori ini benar, maka kamera yang berukuran 15 megapiksel akan lebih rawan blur daripada kamera yang berukuran 6 megapiksel.
Cara mencegah

Ada juga teknologi dalam kamera maupun lensa yang ditujukan untuk mencegah blur. Jenis teknologi ini terbagi atas dua kategori. Yang pertama dibuat dalam kamera, satunya lagi didalam lensa. Namanya pun bervariasi. Antara lain yaitu Image Stabilization (IS) atau Vibration Reduction (VR), Steady Shot (SS), Shake Reduction (SR) Mega OIS, Optical Stabilization (OS) and Vibration Compensation (VC). Semuanya berfungsi sama hanya istilahnya berbeda. Teknologi ini bisa membantu Anda tapi tidak bisa membantu secara total. Misalnya yang tadinya Anda harus mengunakan 1/200, tapi dengan bantuan teknologi ini, Anda bisa mengunakan 1/100 atau 1/60. Teknologi ini juga tidak bisa mencegah blur saat And amengambil foto orang atau benda yang bergerak cepat.

Hal lain yang bisa digunakan untuk mencegah blur antara lain yaitu teknik memegang kamera atau teknik pernafasan. Dengan menahan nafas saat mengambil gambar, dan memposisikan tubuh dengan rapat atau menyender di dinding, bisa membantu mengurangi getaran yang menghasilkan blur.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/08/supaya-foto-tidak-blur/



Belajar fotografi : Melihat cahaya


Fotografi pada dasarnya adalah proses membuat gambar dengan merekam cahaya, tapi banyak yang mengaku menguasai fotografi, tapi tidak peka dan tidak mengetahui bagaimana mengunakan cahaya. Fenomena ini ibaratnya seperti pelukis yang tidak bisa mencampur cat minyak dan menuangkannya kedalam kanvas saat dia melukis.

Hal ini tidak terlepas karena kemajuan teknologi kamera digital. Kamera di jaman sekarang hampir semua yang ada memiliki mode auto atau semi auto. Dimana kita membiarkan kamera untuk memutuskan berapa cahaya yang masuk. Saya tidak menyalahkan penggunaan teknologi yang membuat pengambilan foto menjadi lebih praktis dan akurat sesuai realitas yang ada, tapi bila Anda ingin foto Anda dapat menginspirasi banyak orang, maka Anda perlu belajar melihat cahaya.

Tanda-tanda bila Anda telah bisa melihat cahaya antara lain: Mampu melihat kontras (perbedaan intensitas cahaya dan warna) dan Mampu melihat arah cahaya (depan, belakang, samping, atas, bawah).

Sekilas, ini sederhana, tapi tanpa latihan, sulit menguasai ilmu ini. Saran saya adalah letakkan kamera Anda, dan pergilah jalan-jalan, amati baik-baik lingkungan Anda dari segi kontras dan arah cahaya. Coba visualisasikan foto yang ingin Anda ambil.

Selanjutnya, ambillah kamera Anda (yang ada mode manualnya). Set kamera itu ke manual (M) mode dan ambillah foto secara mengevaluasi cahaya yang ada. Mengapa mengunakan mode manual ? karena di mode ini Andalah yang membuat keputusan berapa besar dan berapa lama cahaya yang masuk ke dalam sensor kamera.

Selanjutnya, ubahlah foto Anda ke foto hitam putih. Dan dari sana, coba perhatikan apakah foto itu menarik? bila foto tersebut memiliki kontras yang rendah, atau arah cahaya yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada, maka besar kemungkinan Anda belum berhasil dalam memgunakan cahaya dengan baik.


sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2009/10/belajar-fotografi-melihat-cahaya/

Tidak ada komentar: